BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah
kesehatan yang dapat menjadi penyulit dalam persalinan, antara lain adalah
kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda, hiperemesis gravidarum dan termasuk
ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi yang dapat berpengaruh
terhadap kehamilan dan persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD). Yang sampai
saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang mana kejadian
tersebut mendekati 10% dari semua persalinan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun
2010, memperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran
hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia
12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematian Ibu
di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup,
Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup,
Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda
persalinan. Ketuban pecah dini merupakan
penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua
kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada
kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban
pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan
mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini
berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar
kasus tidak diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter
menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas
perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh
chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi
secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang
abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi
cukup tinggi terutama kematian
perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan (prematur), dan
kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus
buatan pada kasus Ketuban Pecah Dini terutama pada penanganan konservatif.
Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
Rahim. Terjadinya kematian pada ibu dan anak dengan adanya masalah tersebut
maka peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan
persalinan secara komprehensif sehingga ibu dan janin mendapatkan perawatan
yang optimal.
Angka kematian ibu di propinsi Jambi tahun 2010
yaitu 116/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab perdarahan 72 orang (62,07%),
ketuban pecah dini 30 orang (10,23%), eklampsia 19 orang (16,38%), infeksi 5
orang (4,31%) orang dan lain-lain 20 orang (17,24%). Berdasarkan catatan medis
medical record rumah sakit umum daerah jambi Raden Mattaher , pada 6 bulan terakhir, jumlah pasien yang
dirawat di bangsal kebidanan sebanyak
356 orang dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 21 orang dengan
perincian dari bulan November 2011 sampai januari 2012, sebanyak 12 kasus dan
bulan februari sampai juli 2012 sebanyak 9 kasus.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai
pada kehamilan multipel, trauma, hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang
paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sindrom distress pernapasan,
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat, korioamnionitis (radang pada korion
dan amnion). Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan
pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara
keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan
menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya. Dari uraian di
atas penulisan merasa tertarik untuk mengambil kasus ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD. RADEN MATTAHER
JAMBI”
B.
Rumusan
masalah
Dari paparan di atas, maka permasalahannya adalah
Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien Ny. S pada ketuban pecah dini di ruang
VK RSUD. Raden Mattaher JAMBI.
C.
Tujuan
penulisan
1. Tujuan
umum
Mendapatkan gambaran secara umum proses keperawatan
pada klien
dengan ketuban pecah dini di ruang VK
RSUD.Raden Mattaher JAMBI.
2. Tujuan
khusus
a. Dapat
melakukan pengkajian pada klien dengan ketuban pecah dini di Ruang VK RSUD.Raden
Mattaher Jambi.
b. Dapat
mengetahui dan merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
ketuban pecah dini ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
c. Dapat
menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di
ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
d. Dapat
melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang
VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.
e. Dapat
mengevaluasi hasil asuhankeperawatan yang diberikan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang VK RSUD.Raden Mattaher
Jambi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Anatomi
fisiologi
1.
Fisiologi
air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh
sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan selaput ketuban (amnio) dan
selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban (loquor amnii). Volume air
ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak keruh, serta amempunyai
bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini dengan berat jenis 1,007-1,008
terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan
organic dan bila di teliti benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal
dari bayi). Protein ini ditemukan rata-rata 2,6% perliter,sebagian besar
sebagai albumin.
Warna air ketuban ini menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan
bayi dan mengeluarkan empedu). Berat jenis liquor ini berasal belum diketahui
dengan pasti,masih dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Telah banyakteori
ditemukakan mengenai hal ini,antara lain bahwa kebutuhan ini berasal dari
lapisan amnio, terutama dari bagian pada plasenta. Teori lain mengemukakan
kemungkinan berasal dari plasenta.
Air ketuban (liquor amni) makin banyak
menarik perhatian untuk pembuatan diagnosis mengenai kelaina atau keadaan
janin, misalnya jenis kelamin janin, golongan darah A, B, AB, dan O, janin
dalam rhesus isoimunisasi , apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam
kelainan genetic dan lain-lain. Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel
yang terdapat di dalam air ketuban dengan melakuakan fungsi kedalam ruang
ketuban Rahim melalui dinding depan perut unutk memperoleh sampel cairan
ketuban (amniocentesis). Dewasa ini lebih sering dilaksanakan melalui perut
(transabdominal). Umumnya pada kehamilan minggu ke-14 hingga 16 dengan ultra
sonografi ditentukan sebelum letak plasenta, untuk menghindari plasenta
ditembus. Fungsi melaluui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan pencemaran
liquir amnii oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan sitotrauma pada janin.
Plasenta pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu dengan kemungkinan
sensitive (sensitization), dan abortus,meskipun ini jarang diterjadi, maka dari
hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa dikerjakan bila ada indikasi yang
tepat.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
a. Melindungi
janin terhadap trauma luar
b. Memungkinkan
janin bergerak dengan bebas
c. Melindungi
suhu tubuh janin
d. Meratakan
tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks membuka.
e. Membersihkan
jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi
keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami infeksi.
f. Untuk
menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing.
2.
Fisiologi
selaput ketuban
Amnion manusia dapat berkembang dari
delaminasi sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan ovum normal
atau pada dasarnya berkembang menjadi sebuah kantong kecil yang menutupi
permukaan dorsal embrio. Ketika amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini
meliputi embrio yang sedang berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya.
Distensi kantong amnion akhirnya mengakibatkan kontong tersebut menempel dengan
bagian didalam ketuban (interior korion) , dan amnion dekat akhir trimester
pertama mengakibatkan kantong tersebut menempel dengan bagian di dalam ketuban
(entrior korion), dan dekat akhir trimestet pertama mengakibatkan menghilangnya
alat tubuh atau rongga karena penyakit (obliterasi), amnion dan korion,
walaupun sedikit menempel tidak pernah berhubungan erat dan biasanya dapat
dipisahkan dengan mudah, bahkan pada waktu attern. Amnion normal mempunyai
tebal 0,02 sampai 0,5 mm.
Tidak ditemukannya pembuluh-pembuluh
darah atau saraf dalam amnion pada berbagai stadium perkembangan, dan meskipun
diduga terdapat ruang-ruang di dalam lapisan fibrolastik dan spongiosium, tidak
dapat ditemukan saluran-saluran limfatik yang jelas.
B.
Konsep
dasar
1.
Definisi
Ketuban pecah dini atau
spontaneous/early premature of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban
sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.Ketuban pecah
dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu 1 jam belum dimulai tanda persalinan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara
spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi para kurang
dari 5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
2.
Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini belum
diketahui secara pasti. Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multi
factorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Serviks
inkompeten
b. Ketegangan
Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnion
c. Kelainan
letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang
d. Kemungkinan
kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP
e. Selaput
bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi
yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga
memudahkan ketuban pecah
g. Sebab
primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baik
h. Sebab
skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)
3.
Manifestasi
Klinis
Tanda
dan gejala klinis KPD adalah :
a. Perut
ibu kelihatan kurang membesar.
b. Ibu
merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak.
c. Persalinan
lebih lama dari biasanya.
d. Sewaktu
HIS akan terasa sakit sekali.
4.
Patogenesis
Pada kehamilan trimester III selaput
ketuban amnion terdiri dari sel selapis, sedangkan selaput korion lebih tebal
dari 4-6 sel,lapisan basal diantaranya selaput amnion dengan korion. Makin tua
usia kehamilan semakin besar tekanan pada selaput ketuban, tekanan pada
permukaan janin besar daripada tekanan pada permukaan uterus. Selaput ketuban
tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila
pembukaan serviks,maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah. Ketuban
pecah dini belum diketahui penyebabnya yang jelas sampai saat ini, ada
hubungannya dengan ha-hal berikutnya :
a. Adanya
hiper mortilitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
b. Ketuban
terlalu tipis (kelainan ketuban)
c. Infeksi
(amnionitis/khorioamnionitis)
d. Faktor-faktor
predisposisi seperti : multipara,dll
5.
Pengaruh
Ketuban Pecah Dini Terhadap Kehamilan dan Persalinan
a. Pengaruh
Terhadap Janin
Walaupun
ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah terkena infeksi,
karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum
gejala pada ibu dirasakan.
b. Pengaruh
Terhadap Ibu
Karena
jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila
terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.
6.
Prognosa
Prognosa
yang timbul pada kasus ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
Di tentukan oleh cara penatalaksanaan
dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan. Pada
kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan syntocinon drips gagal, maka
dilakukan tindakan operasi.
Jadi pada ketuban pecah dini
penyelesaian persalinan bisa partus spontan, ekstraksi vakum, ekstrasi forsep.
Embriotomi bila anak sudah meninggal, seksio sesarea bila ada indkasi.
7.
Komplikasi
yang timbul
Komplikasi yang paling
sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko
infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan
ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini.
8.
Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber
persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang
cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini
memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan
prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan
dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping itu makin kecil
umur hamil, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memicu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana
ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Mempertahankan
kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi
kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
b. Terjadi
infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
c. Dengan
perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru
janin dapat terjamin.
d. Pada
umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan
janin tidak dapat di selamatkan.
e. Pemeriksaan
yang penting dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru
melalui perbandingan L/S.
9.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
penunjang pada ibu hamil adalah :
a. Pemeriksaan
leukosit darah, bila > 15.10³ /mm³, kemungkinan ada infeksi
b. USG:
membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak
plasenta, serta jumlah air ketuban.
c. Nilai
bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan foetalphone.
A.
Asuhan Keperawatan KPD
Pada umumnya proses keperawatan pada
kasus kebidanan sama seperti pada kasus umum terdiri dari beberapa tahap
sebagai berikut :
1.
Pengkajian
a. Biodata
Meliputi: nama ibu, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah, nama suami, agama, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat rumah
b. Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda
hipertensi karena kehamilan (HKK) penyakit jantung sebelumnya)
c. Integritas
Ego
Adanya
ansietas sedang
d. Makanan
atau cairan
Ketidakadekuatan
atau pembuahan berat badan berlebihan.
e. Nyeri
atau ketidaknyamanan
Kontraksi itermiten sampai regular yang
jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
f. Keamanan
Infeksi
mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
g. Interaksi
Sosial
Mungkin
tergolong kelas sosial ekonomi rendah.
h. Penyuluhan
atau pembelajaran
Ketidakadekuatan atau tidak adanya
perawatan prenatal mungkin dibawah usia 18 atau lebih dari 40 tahun penggunaan
alcohol atau obat lain, penunjang pada dietilstibesterol (DES)
i.
Pemeriksaan Leopold
Leopold
I :
1) Pemeriksaan
menghadap kearah muka ibu hamil
2) Menentukan
tinggi fundus uteri dan bagian janin
dalam uterus
3) Konsistensi
uterus
Leopold
II
1) Menentukan
batas samping rahim kanan-kiri
2) Menentukan
letak punggung janin
3) Pada
letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin
Leopold III
1) Menentukan
bagian terbawah janin
2) Apakah
bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang
Leopold
IV
1) Pemeriksaan
menghadap ke arah kaki ibu hamil
2) Bisa
juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu
atas panggul
j.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
: pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2499 g)
b. Tes
Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu
c. Jumlah
sel darah putih : peningkatan menandakan adanya infeksi
d. Urinalisis
dan kultur : mengesampingkan ISK
e. Kultur
Vaginal, reagen plasma cepat (RPC) : mengidentifikasikan infeksi
f. Amniosenteusis
: rasio lesitin terhadap sfingomeilin (L/S) mendeteksi fosfatidigliserol (PG)
untuk maturitasparu janin atau amniotic
g. Pemantauan
elektronik : menvalidasi aktivitas uterus atau status janin
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien
dengan ketuban pecah dini adalah :
a. Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
b. Risiko
tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan
c. Cemas
berhubungan dengan kehilangan kehamilan
d. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus
e. Risiko
tinggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxia
3.
Perencanaan
a. Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Tujuan
: memperlihatkan kemajuan tanpa terjadi komplikasi infeksi
Kriteria
Hasil :
1) Cairan
amnion ibu tidak menyengat
2) Hindari
pemeriksaan pervagina
3) Observasi
drainaseamnitik teradap warna jumlah dan baunya tiap 2 sampai 4 jam.
Intervensi:
1) Kaji
Kondisi Ketuban
2) Pantau
tanda-tanda infeksi
3) Dengarkan
DJJ
4) Kolaborasi
pemberian Antibiotik
Rasionalisasi :
1) Untuk
mencegah terjadinya infeksi
2) Untuk
mengetahui keadaan janin
3) Perihal
pemberian antibiotik
b. Risiko
tinggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tindakan pada persalinan
Tujuan
; Adanya pembukaan kelahiran di akhiri tanpa komplikasi maternal.
Kriteria
hasil :
1) Persalinan
normal
2) Tidak
ada komplikasi
Rencana
tindakan :
1) Mengkaji
frekuensi kontraksi uterus
2) Menyarankan
ambulasi atau perubahan posisi
3) Memonitor
pertambahan pembukaan servik
4) Memonitor
intake dan output
Rasionalisasi
:
1) Untuk
mencegah terjadinya komplikasi
2) Tindakan
yang dapat mendorong aktivitas uterus
3) Untuk
mengetahui waktu kelahiran
4) Untuk
mengetahui pemasukan dan pengeluaran sebelum persalinan.
c. Cemas
berhubungan dengan bertambahnya pembukaan dan perasaan gagal dan kebutuhan yang
diakibatkan persalinan.
Tujuan : cemas tidak ada lagi
Kriteria Hasil :cemas berkurang
Rencana tindakan :
1) Memberi
saran-saran, memelihara informasi peningkatan
2) Menyarankan
mengungkapkan perasaan
3) Memperlihatkn
pilihan atau perawatan yang memungkinkan
Rasionalisasi
:
1) Menjamin
dan informasi yang mengurangi kecemasan
2) Menanbah
pemahaman terhadap klien
3) Dapat
mengubah perasaab kien dalam mengontrol situasi
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi
uterus
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
1)
nyeri berkurang
2)
klien tampak tenang
3)
keadaan umum baik
intervensi :
1)
kaji skala nyeri
2)
beritahu pasien penyebab
rasa nyeri
3)
anjurkan pasien miring
kekiri
4)
kolaborasi dengan dokter
pemberian terapi
rasionalisasi :
1)
untuk menetukan tingkat
aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
2)
bantuan yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan klien
3)
aktivitas bertahap untuk
mencegah terjadinya konraktur
e. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan kehamilan
Tujuan : kebutuhan tidur klien dapat
terpenuhi
kriteria
hasil :
1) Menjelaskan
factor-faktor penghambat atau pencegah tidur
2) Melaporkan
keseimbangan yang optimal antara aktivitas dan istirahat
Rencana tindakan :
1) Ubah
posisi untuk kenyamanan dan menurangi tekanan harus dilakukan sedkitya setiap
dua jam
2) Kaji
koordinasi antara ekstremitas atas dan bawah
Rasionalisasi :
1) Untuk
mempertahankan posisi klien
2) Untuk
mengetahui keadaan klien
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini adalah :
a. Memberi
dukungan kepada klien
b. Ibu
menunjukkan penurunan rasa cemasnya
c. Rasa
nyeri teratasi
d. Dapat
melakukan aktivitas
e. Trauma
tidak terjadi
f. Pola
tidur normal
5.
Evaluasi
Evaluasi
dari ketuban pecah dini adalah :
a. Infeksi
tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal
b. Ibu
menunjukkan penurunan rasa cemasnya
c. Rasa
nyeri teratasi
d. Dapat
melakukan aktivitas
e. Trauma
tidak terjadi
f. Pola
tidur normal
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
1.
Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian : 6 november 2012
Tanggal masuk :
6 november 2012
Tanggal
pengkajian : 6 November
2012
Jam masuk :
03.00
Ruangan/kelas :
VK
Diagnose medis :
Ketuban Pecah Dini
a. Biodata
Nama ibu :
Ny.S
Umur :
24 tahun
Agama :
Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat rumah : Mekarsari (MA. Jambi )
Nama
suami : Tn.A
Agama :
islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat rumah : Mekarsari ( MA. Jambi )
b. Riwayat
kesehatan
1) Alasan
masuk rumah sakit
Klien masuk dengan keluhan lemah, perut
terasa sakit, keluar cairan pervaginam berwarna putih keruh ± 1 hari. klien
mengatakan usia kehamilan ± 9 bulan (36
– 37 minggu).
2) Riwayat
masuk sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah
abdomen, nyeri berkurang di saat istirahat, dan nyeri meningkat apabila klien
melakukan pergerakan atau aktivitas. Dan merupakan kehamilan primi gravida,
dengan usia kehamilan 37 minggu.
3) Riwayat
kesehatan masa lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami
kejadian seperti ini karena ini adalah kehamilan pertama (primi gravida) selain
itu klien tidak pernah mengalami penyakit kronis.
4) Riwayat
haid
Menarche pada umum 14 tahun, siklus haid
28 hari, teratur lamanya 7 hari, keluar darah haid, sebanyak 3-4 kali ganti
pembalut sehari, keluhan waktu haid : nyeri dan mulas – mulas. HPHT 16-03-2012
5) Riwayat
kontasepsi
Klien mengatakn belum pernah mengguankan
alat kontrasepsi sebelum nya.
6) Riwayat
kehamilan
Usia kehamilan ± 9 bulan ( 36 – 37 minggu)
Gravida: 1 partus : 0 abortus :0
c. Keadaan
umum
Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis
Tanda
– tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi 84x/I, pernapasan 20x/I, suhu
36 °C
d. Pemeriksaan
fisik
1)
Kulit
Warna
kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik.
2)
Rambut
Rambut
merta, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak berketombe.
3)
Leher
Bentuk
leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
4)
Mata
Konjungtiva
warna merah, an anemia, sclera an ikterik.
5)
Gigi dan mulut
Mukosa
mulut lembab, gigi utuh, caries tidak ada, keadaan mulut bersih.
6)
Dada
Simetris
kiri , tidak sesak napas
7)
Payudara
Bentuk
payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu menonjol,
tidak ada pelebaran vena sekitar
payudara, colostrum ada, aerola berwarna kehitaman.colostrum keluar sejak usia
kehamilan 8 bulan.
8)
Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus
Dextrose + ½ amp piton gtt: 8 tetes/menit sedangkan ekstremitas bawah varises
oedema tidak ada.
9)
Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk
perut bundar, posisi menonjol kedepan
b) Palpasi
Pada
pemeriksaan secara leopold ditemukan:
Leopold I : Tinggi
fundus Uteri ¾ antara pusat dengan procesus xypodseus atau 32 cm dari simpisis
pubis sampai procesus xypoideus.
Leopold II : Letak
janin punggung kanan ( PUKA )
Leopold III : Bagian
terbawah janin adalah letak kepala
Leopold IV : Janin
belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya sebagian kecil dari
kepala turun kedalam rongga panggul.
c) Auskultasi
Dengan mwenggunakan dopler vetal
terdengar denyut jantung janin ( 136 / menit teratur )
d) Genetalia
Pada
vulva terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak ditemukan tanda tanda
infeksi tapi keluar cairan pervaginam berwarna putih keabu - abuan.
e. Data
biologis
1) Istirahat
dan tidur
Klien
mnegatakan tidak biasa istirahat karena rasa mulas yang kadang – kadang hilang timbul, dank
arena air yang keluar, bokong basah, sehingga mengganggu rasa nyaman klien,
lama tidur ± 5 jam perhari selama dirawat.
2) Makan
dan minum
Klien
mnegatakan tidak ada keluhan dengan nafsu makan, klkien mengatakan tidak ada
makanan pantangan, minum 8-9 gelas/hari.
3) Pola
eliminasi
a) BAB
Frekuensi
BAB 1x/hari, konsitensi lunak, warna kuning kecoklatan
b)
BAK
Frekuensi
BAK 6-7 kali/hari
c)
Seksual
Selama
klien hamil tua sampai saat ini klien tidak pernah melakukan hubungan seksual.
f. Data
psikologis
1) Status
perkawinan
Klien
mengatakan menikah 12 bulan, dan ini adlah pernikahan pertamanya.
2) Perilaku
verbal
Klien
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, klien sering bertanya tentang
penyakitnya
3) Perilaku
non verbal
Perilaku
non verbal baik, tampak terkoordianasi
4) Pola
komunikasi
Pola
komunikasi baik, komunikasi dua arah
5) Orang
yang memberi rasa aman
Klien
mengatakan orang yang sangat berarti bagi dirinya adalah suaminya dan orang
tuanya.bersama suami klien merasa dilindungi.
g. Data
penunjang
1) Pemeriksaan
diagnostic
a) Laboratorium
Tanggal 6-11-2012
a. HB
11gr% ( wanita 12-16gr/dl)
b. Golongan
darah A
b) Therapi/pengobatan
Tanggal 6-11-2012
Infus RL + ½ ampul piton gtt : 8
tetes/menit
Tanggal 6-11-2012
Amoxcan 1 cc (IV)
Oral : seloxy : 2x1 tablet / hari
Duphaston : 3x1 tablet/hari
Trosyd : salep
Buvadilon : 3x1 tablet/ hari
h. Analisa
data
no
|
Data
|
penyebab
|
masalah
|
1
|
Ds
: klien mengatakan usia kehamilan 9 bln, os mengatakan keluarnya cairan
pervaginam 18 jam sebelum di rujuk ke rumah sakit
Do
: keadaan umum lemah, pada pemeriksaan
dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm
|
Kontraksi
uterus
|
Resiko
tinggi terhadap infeksi
|
2
|
Ds
: klien mengatakan nyeri pada bagian perut, klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
Do : ekspresi wajah tampak meringis ,klien
menahan sakit, keadaan umum lemah, klien menunjukkan skala nyeri 4
|
Ketuban
pecah
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri
|
3
|
Ds : - klien
mengatakan tidak dapat turun dari tempat tidur
-klien mengatakan
tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
-klien merasa nyeri
yang hilang timbul
Do : -aktifitas
kebutuhan sehari-hari ibantu orang lain
-klien tidak dapat
melakukan aktifitas tanpa bantuan orang lain.
|
Rasa
nyeri
|
Intoleransi
aktifitas
|
2. Diagnosa
keperawatan
a. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9 bulan,
pada pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm dengan cara
tusse.
b. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut, ekpresi wajah meringis, klien menahan
sakit, keadaan umum lemah.
c. Inroleransi
aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik di tandai dengan
klien mengatakan tidak dapat turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, aktivitas kebutuhan sehari-hari di bantu
orang lain, klien tidak dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain,
klien merasakan nyeri yang hilang timbul, air masih keluar.
3. Perencanaan
a. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9 bulan,
pada pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm.
Tujuan :
infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
(1) Tidak
ada tanda-tanda infeksi
(2) Keadaan
umum baik
(3) Persalinan
normal
Intervensi :
1) Lakukan
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2) Dengarkan
denyut jantung jann dengan dopler setiap 1-4 jam
3) Jangan
terlalu sering melakukan pemeriksaan pervaginam
4) Kolaborasi
dengan dokter pemberian terapi
Rasionalisasi :
1) Untuk
mencegah terjadinya infeksi
2) Untuk
mengetahui keadaan janin didalam Rahim ibu
3) Untuk
mencegah terjadinya infeksi didalam Rahim
4) Perihal
pemberian obat antibiotic
b. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut dengan skala nyeri 7, ekspresi wajah
meringis, klien tampak menahan sakit, keadaan umum lemah.
Tujuan ; bayi lahir dengan segera
Kriteria hasil ;
1) Rasa
nyeri berkurang
2) Klien
tampak tenang
3) Keadaan
umum baik
Intervensi ;
1) Kaji
skala nyeri
2) Beritahu
klien penyebab rasa nyeri
3) Atur
posisi yang menyenangkan
4) Kolaborasi
dengan dokter pemberian terapi
Rasionalisasi ;
1) Untuk
menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
2) Bantuan
yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien
3) Aktifitas
bertahap untuk mencegah terjadinya kontraktur
4. implementasi
(terlampir)
5. evaluasi (terlampir)
2.
Pembahasan
Pada
bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus langsung pada klien Ny.
B serta menemukan kesenjangan pada klien yang penulis lakukan selama 3 hari
dibandingkan dengan teori yang telah penulis paparkan pada bab II.
1.
Pengkajian
Pada pengkajian secara teoritis
ditemukan data, resiko tinggi, infeksi, nyeri, intoleransi akifitas. Sedangkan
pengkajian pada Ny. B juga terdapat pengkajian secara teoritis, hanya saja
tidak semua data pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. B perbedaan tersebut
penulis dapat memberikan analisa bahwa terdapat resiko tinggi trauma maternal,
resiko tinggi trauma fetal, tidak ditemukan pada klien karena klien pada waktu
hamil dengan keadaan ketuban pecah dini janin belum lahir. Pada waktu melakukan
pengkajian klien belum mengalami persalinan.
2. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnose yang mungkin
timbul pada klien ketuban pecah dini adalah:
a.
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan ketuban pecahn dini
b.
Resiko tinggi trauma maternal
berhubungan dengan disfungsi persalinan
c.
Cemas berhubungan dengan ancaman kehilangan
janin
d.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan kontraksi uterus
e.
Resiko tinggi dengan trauma fetal
berhubungan dengan hypoxia
f.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan
keterbatasan mobilitas fisik
g.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
kehamilan
Sedangkan diagnose keperawatan yang
muncul pada Ny. B adalah sebagai berikut :
a.
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan ketuban pecah dini
b.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan kontraksi uterus
c.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
keterbatasan mobilitas fisik
Dari ketujuh masalah yang muncu, urutan
masalah adalah :
a.
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan ketuban pecah dini. Karena terjadi masalah ini berisiko
terjadinya infeksi, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu penanganan yang
baik dari perawat. Hal ini yang mendasari untuk ditegakan diagnose ini.
Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini menjadi prioritas pertama.
b.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan kontraksi uterus. termasuk kedalamkebutuhan rasa nyaman dan aman.
Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini menjadi prioritas kedua.
c.
Intoleren aktifitas berhubungan dengan
keterbatasan mobilitas fisik. Karena tubuh yang lemah, segala aktifitas
pemenuhan kebutuhan diri akan tergantung pada orang lain, hal ini yang
mendasari ditegakan diagnose ini karena peran perawat dan keluarga sangat
dominan untuk membantu kebutuhan klien. Masalah ini menjadi prioritas ketiga.
Dari
diagnose yang ditemukan pada Ny. B terdapat 3 diagnose keperawatan yang sesuai
dengan teoritis, sedangkan 4 diagnosa keperawatan secara teoritis tidak
munculpada klien, alas an yang dapat penulis berikan adalah :
a.
Pada diagnose keperawatan resiko tinggi
trauma maternal dan fetal tidak muncul karena tidak ada data senjang yang
menunjang.
b.
Pada diagnose keperawatan ganggguan pola
tidur tidak muncl karena klien sudah bisa tidur setelah klien beberapa hari
persalinan dapat istirahat.
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada
klien tetapi tidak terdapat secara teoritis yakni diagnose intoleran aktifitas.
Diagnose ini ditegakan karena ada data senjang yang menunjang. Sehingga perlu
dilakukan intervensi.
3. Perencanaan
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ny.B
selanjutnya berdasarkan :
a. Kebutuhan
dasrar menurut maslow
b. Derjat
masalah yang timbul berdasarkan SUN (Segera, Urgen, dan Non Urgen)
c. Tingkat
kebutuhan pengobatan atau prosedur medic
d. Pertimbangan
kemampuan dan kemauan pasien
e. Kemungkinan
masalah dapat diatasai dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang ada
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah
realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana dapat dilakukan karena
keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tingkat kemampuan klien sendiri.
Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan
pada klien adalah sebagai berikut :
a. Resiko
terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya adalah
melakukan cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa dalam
dengan memakai hand scone yang steril, mengganti perban dibawah bokong setiap
dua jam sekali, memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai dengan konsep
teoritis yang ada dan pelaksanaannya tidak ada hambatan,
b. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan tindakannya
adalah menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi,
mengobservasi vital sign, memberikan analgetik jika dibutuhkan sesuai rasa yang
dirasakan, tindakan ini susuai dengan konsep dasar teoritis yang ada. Dalam
melaksanakan penulis menemui hambatan, karena tindakan tersebut mandiri dari
perawat serta tidak tergantung alat-alat.
c. Intoleransi
aktifitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya adalah
mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas, membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, memotifasi keluarga untuk selalu membantu dalam
pemenuhan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Langkah terakhir dari
proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tindakan yang telah
dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:
a.
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan ketuban pecah dini
Evaluasi :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
b.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan kontraksi uterus
Evaluasi :
1) Klien
mengatakan tidak nyeri lagi
2) Klien
tampak lebih nyaman
c.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan
keterbatasan mobilitas fisik
Evaluasi :
Klien dapat melakukan aktifitas
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada
Ny. S ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan
sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan penyebab dari ketuban
pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban pecah dini
adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih
lama dari biasanya dan waktu his terasa sakit.
Dari asuhan keperawatan yang diberikan
pada klien Ny. S maka penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Pengkajian
Pengkajian
pada Ny. S ditemukan data resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman
nyeri, intoleran aktivitas, dan pemeriksaan penunjang hanya pemeriksaan darah
(HB dan golongan darah).
2. Diagnose
keperawatan
Dari hasil pengkajian pada Ny. S dapat
dirumuskan 7 diagnosa keperawatan, dimana 3 diagnosa sesuai dengan teoritis
yaitu resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri, intoleransi
aktivitas, sedangkan 4 diagnosa tidak sesuai dengan teoritis karena adanya data
yang menunjang yaitu resiko tinggi trauma maternal, resiko trauma fetal,
gangguan pola tidur, dan ansietas
3. Perencanaan
Pada
tahap perencanaan telah disusun masalah menurut prioritas sesuai dengan data
kondisi klien dengan berpedoman kepada kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow dan tingkat kepentingan.
4. Pelaksanaan
Dalam
pelaksanaan tindakan pada klien Ny. S sesuai dengan rencana yang telah disusun
dan dilakukan oleh penulis sendiri, perawat ruangan dan keluarga klien.
5. Evaluasi
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, ada beberapa masalah teratasi
sesuai dengan tujuan, criteria hasil seperti masalah nyeri, gangguan psikologi
cemas.
B.
Saran
1. Untuk
Rumah Sakit
a. Meningkatkan
mutu pendidikan baik tiap-tiap perawatnya dimana dalam hal ini tidak hanya
dibutuhkan skill dalam tiap tindakan yang akan dilakukan naming intelegensi
tiap tindakan hendaknya dilakukan juga.
b. Mengadakan
seminar-seminar yang berhubungan dengan ketuban pecah dini.
2. Untuk
Institusi Pendidikan
a. Memperdalam
materi pada setiap mahasiswa dalam pemahaman materi ketuban pecah dini.
b. Memperbanyak
literatul tentang ketuban pecah
Lampiran
II
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama
klien : Ny.B
Ruangan : VK
NO
|
TANGGAL
|
DIANGNOSA KEPERAWATAN
|
CATATAN PERKEMBANGAN
|
PARAF
|
1
|
6 November 2012
|
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
|
S
: -
O
: - cairan pervaginam masih keluar
- pada pemeriksaan dalam tidak teraba
lagi selaput ketuban.
A
: resiko terhadap infeksi
P
:
- lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
- dengarkan denyut jantung janin dengan
doplet 1-4 jam
i.
Hindari pemeriksaan pervaginam
Terlalu sering
ii.
Ganti perban dibawah bokong tiap 24
Jam
-kolaborasi dalam pemberian antibiotik
I
:
- melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
- mendengarkan denyut jantung janin dengan
doplet 1-4 jam
iii.
menghindari pemeriksaan pervaginam
iv.
menganti perban dibawah bokong pam
E
: masalah belum teratasi
R
: lanjutkan tindakan keperawatan
|
|
2
|
6
november 2012
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan konstruksi uterus
|
S
: klien mengatakan nyeri pada bagian perut
O
: ekspresi wajah tampak meringis, klien merasa sakit, keadaan umum lemah
A
: gangguan rasa nyaman nyeri
P
:
- kaji tingkat nyeri
- beri tahu klien penyebab rasa nyeri
v.
atur posisi yang menyenangkan
vi.
kolaborasi dengan dokter pemberian
obat
I
:
- mengkaji tingkat nyeri
- memberi tahu klien penyebab rasa nyeri
vii.
mengatur posisi yang menyenangkan
viii.
berkolaborasi dengan dokter
pemberian obat anti biotik
E
: masalah belum teratasi
R
: lanjutkan tindakan keperawatan
i
|
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Ny.B
Ruangan : VK
NO
|
TANGGAL
|
DIANGNOSA
KEPERAWATAN
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
|
PARAF
|
1
|
7
November 2012
|
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan konstruksi uterus
|
S
: klien mengatakan nyeri pada bagian perut
O
: ekspresi wajah tampak meringis, klien merasa sakit, keadaan umum lemah
A
: gangguan rasa nyaman nyeri
P
:
- kaji tingkat nyeri
- beri tahu klien penyebab rasa nyeri
ix.
atur posisi yang menyenangkan
x.
kolaborasi dengan dokter pemberian
obat
I
:
- mengkaji tingkat nyeri
- memberi tahu klien penyebab rasa nyeri
xi.
mengatur posisi yang menyenangkan
xii.
berkolaborasi dengan dokter pemberi
an obat anti biotik
E
: masalah belum teratasi
R : lanjutkan tindakan
keperawatan
|
|
2
|
7 november 2012
|
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan keterbatasan mobilitas fisik ditandai dengan klien mengatakan tidak
dapat turun dari tempat tidur,
aktivitas kebutuhan sehari-hari dibantu orang lain, klien merasakan
nyeri yang hilang timbul,cairan pervagina masih keluar
|
S :
- klien mengatakan tidak dapat turun
dari tempat tidur
- klien mengatakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari
- klien merasa nyeri yang hilang timbul
O :
- aktifitas kebutuhan sehari-hari ibantu
orang lain
- klien tidak dapat melakukan aktifitas
tanpa bantuan orang lain.
A. intoleransi aktifitas
P:
- Observasi tingkat kemampuan
mobilitas
- Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
-Motivasi keluarga untuk selalu membantu
klien dalam pemenuhan kebutuhan klien.
I
:
- mengbservasi tingkat kemampuan
mobilitas
- membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
- memotivasi keluarga untuk selalu
membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan klien.
|
|